Anggrek Hantu berdasarkan catatan
rekaman populasinya, spesies ini merupakan anggrek endemic yang hanya ada di
Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat dan Yogyakarta. Populasinya pun terbatas dan
menghadapi tekanan degradasi habitat yang tinggi. Anggrek Hantu bernama ilmiah Gastrodia Bambu berasal dari habitatnya
yang spesifik di sekitar rumpun-rumpun bambu. Dari habitatnya tersebut nama pun
muncul dari Bahasa Indonesia yaiu “Bambu” sehingga nama lengkap spesies baru
itu pun menjadi Gastrodia Bambu.
Jenis baru yang ditemukan ini juga
bukan seperti anggrek umumnya yang tampak menarik. Bunga anggrek Hantu
menghasilkan aroma ikan busuk untuk mengundang serangga pollinator. Spesies
baru ini juga bisa dideskripsikan berkat keaktifan organisasi kemahasiswaan
Canopy (Departemen Biologi, Universitas Indonesia) dan BiOSC (Fakultas Biologi,
Universitas Gajah Mada) dalam membantu proses pengamatan habitat dan pencatatan
record populasi.
Gastrodia Bambu
memiliki bunga berbentuk lonceng dengan ukuran panjang 1,7 – 2 cm dan lebar 1,4
– 1,6 cm. Bunga Gastrodia Bambu
didominasi warna coklat gelap dengan bagian bibir bunga berbentuk mata tombak
memanjang bercorak jingga. Kombinasi warna bunga genus Gastrodia Bambu tidak mencolok, umumnya berkisar pada putih,
kekuningan hingga kecoklatan.
Pada satu perbungaan dapat
menghasilkan hingga 8 kuntum bunga yang mekar secara bergantian. Bunga menghasilkan
aroma ikan busuk untuk mengundang serangga pollinator. Perbungaan muncul dari
tanah berseresah di bawah rumpun-rumpun bamboo tua pada ketinggian 800 – 900 m
dpl.
Gastrodia Bambu diduga memerlukan kondisi ekologi yang sangat spesifik dan sensitive terhadap
perubahan lingkungan. Anggrek ini sangat peka terhadap kekeringan, intensitas
cahaya berlebih, dan juga perubahan pada media tumbuhnya. Adanya perubahan
iklim global yang menyebabkan perubahan intensitas curah hujan tahunan,
diperkirakan sangat memengaruhi periode perbungaan dan pertumbuhan populasi
anggrek holomikotropik ini.
Anggrek kelompok holomikotropik ini
umumnya hanya muncul pada satu periode pendek sekitar 2 – 4 minggu dalam satu
tahun. Perbungaannya secara tiba-tiba akan muncul dari permukaan tanah atau
seresah, kemudian setelah 1 – 2 minggu perbungaan akan layu busuk dan lenyap.
Anggrek Hantu merupakan tumbuhan yang
tidak berklorofil sehingga tidak dapat berfotosintesis, namun tidak bersifat parasite.
Oleh karena itu, seluruh daun hidupnya mengganungkan suplai nutrisi organic melalui
simbiosis dengan jamur mikoriza.
Anggrek Hantu atau Gastrodia Bambu ada gangguan pada
habitatnya seperti pembukaan rumpun bambu. Diduga akan berdampak terhadap perubahan
kelembaban, intensitas cahaya dan juga sifat biologi pada media tumbuhnya,
sehingga dapat mengganggu pertumbuhan populasi anggrek ini.
Tidak seperti tumbuhan anggrek pada
umumnya. Hingga saat ini, Gastrodia Bambu
dan kebanyakan anggrek holomikotropik lainnya masih belum dapat dibudidayakan
maupun ditumbuhkan di luar habitat aslinya. Hal tersebut menjadi misteri
sekaligus tantangan utama dalam upaya konservasinya. Penelitian terkait
kemampan adaptasi spesies ini dalam menghadapi perubahan iklim masih terus
dilakukan melalui analisis anatomi dan fisiologi.
Itulah informasi dari kami tentang anggrek
hantu. Terimakasih kepada para pembaca. Semoga mendapatkan sedikit pengetahuan
dan wawasan dari kami.
Apakah Anda salah satu pecinta tanaman
Anggrek? dan masih bingung dimana belinya?
Disini kami menyediakan berbagai jenis bibit
tanaman Anggrek unggulan untuk hiasan rumah atau taman Anda. Untuk pemesanan
silahkan kunjungi https://indosuplai.com/jual-bibit-anggrek/
Untuk pemesanan media tanam pakis silahkan kunjungi https://indosuplai.com/jual-pakis-media-tanam-bunga-anggrek/
Posting Komentar